Setelah selesai
pengajaran, penilaian tentang kekuatan dan keberkesanan bahan media itu secara
menyeluruh harus dijalankan. Dalam penilaian itu soalan berikut harus
difikirkan:
- Adakah objektif-objektif pembelajaran tercapai?
- Adakah alat/bahan media yang digunakan membantu proses pengajaran-pembelajaran? Adakah kesemua pelajar menggunakan alat/bahan media dengan cara yang betul?
- Adakah suasana pembelajaran selesa?
- Adakah peluang-peluang pemerhatian individu diberi?
Ø Model Addie
Model ini lebih bersifat generik iaitu model ADDIE
(Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an
yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE ialah
menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan
yang efektif, dinamis.
Model ini menggunakan 5 tahap
pengembangan:
1. Analysis
(analisa)
2. Design (perancangan)
3. Development (pengembangan)
4. Implementation
(implementasi/eksekusi)
5. Evaluation (evaluasi/
umpan balik)
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang
akan dipelajari oleh peserta belajar, iaitu melakukan needs assessment
(analisis keperluan), mengidentifikasi masalah (keperluan), dan melakukan
analisis tugas (task analysis). Oleh itu, output yang akan kita hasilkan adalah
berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi
kesenjangan, identifikasi keperluan dan analisis tugas.
Langkah 2: Design
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan
(blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun
(blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan
dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR
(spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Seterusnya menyusun teks,
dimana teks tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yag telah
dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnya
seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan
kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling
relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber lain, contohnya sumber
belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain
lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan
rinci.
Langkah 3: Perkembangan
Perkembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias bentuk
tadi menjadi kenyataan. maksudnya, jika dalam bentuk diperlukan suatu software
berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan.
Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu
pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses
pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting
dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji
cuba ini memang merupakan bahagian dari salah satu langkah ADDIE, iaitu
evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karana hasilnya digunakan untuk
memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan system
pembelajaran yang sedang kita buat. Maksudnya, pada tahap ini semua yang telah
dikembangkan di instal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran
atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Sebagai contoh, jika memerlukan software tertentu maka
software tersebut harus sudah diinstal.
Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem
pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau
tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas.
Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi
formatif, karena tujuannya untuk keperluan revisi. Misal, pada tahap rancangan,
mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review
ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada
tahap pengembangan, mungkin perlu uji cuba dari produk yang kita kembangkan
atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain
Ø Model
Pendekatan Sistem Dick dan Carey
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and
Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah
Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
a. Mengidentifikasikan tujuan umum
pembelajaran.
b. Melaksanakan analisis pembelajaran
c. Mengidentifikasi tingkah laku
dan karekter murid
d. Merumuskan tujuan performansi
e. Mengembangkan butir–butir pembelajaran
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
g. Mengembangkan dan memilih materi
pembelajaran
h. Membentuk dan melaksanakan evaluasi
formatif
i. Merevisi bahan pembelajaran
j. Membentuk
dan melaksanakan evaluasi sumatif
Model Dick
and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan
tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat sesuai sebagai dasar untuk
mempelajari model yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey
menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang
satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and
Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan
berikutnya. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi
tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi
maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran
tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu
rancangan pembangunan.
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata
pelajaran dimaksudkan agar
(1) pada awal proses pembelajaran murid dapat mengetahui
dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir
pembelajaran,
(2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya
strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki,
(3) menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan
dalam melakukan perancangan model pembelajaran.
Ø Model Hanaffin dan Peck
Model Hannafin dan
Peck adalah model desain pembelajaran yang terdiri daripada tiga fasa iaitu
fasa Analisis keperluan, fasa bentuk, dan fasa pengembangan dan implementasi
(Hannafin & Peck, 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan
perlu dijalankan dalam setiap fasa. Model ini lebih berorientasi produk,
melalui tiga fasa:
- Fasa pertama, adalah analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi keperluan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran
- Fasa kedua, adalah fasa perancangan, maklumat dari fasa analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Fasa perancangan bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fasa ini adalah dokumen story board yang mengikut urutan aktif pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fasa analisis keperluan.
- Fasa ketiga adalah fasa pengembangan dan implementasi, terdiri dari penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan
Ø Model Hipermedia
Model ini berperanan pembelajaran boleh berlaku pada aras yang
lebih tinggi seperti yang ditekankan oleh teori konstruktivisme. Model ini
memberi tumpuan kepada proses pembelajaran berasaskan teknologi multi media dan
internet.
No comments:
Post a Comment